Apa Itu Puasa Sya Ban

Apa Itu Puasa Sya Ban – Aturan puasa di paruh terakhir bulan Sya’ban terkadang menjadi titik perdebatan bagi mereka yang ingin berpuasa di waktu itu. Dalam hadits disebutkan bahwa dilarang berpuasa pada paruh kedua bulan Sya’ban yang menjadi dasar perselisihan. Dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW banyak berpuasa di bulan Sya’ban.
Dalam hadits tentang aturan puasa di paruh terakhir bulan Sya’ban, Rasulullah bersabda:
Apa Itu Puasa Sya Ban
Hadits ini merupakan hadits yang shahih dan kuat2 sehingga dapat menjadi dasar hukum larangan puasa pada paruh terakhir bulan Sya’ban.
Optimalkan Ibadah Di Bulan Syaban
Sementara itu, ada hadits tentang Rasulullah SAW bahwa beliau berpuasa di bulan Sya’ban. Seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah binti Abi Bakar (ra dengan dia), ibu dari orang-orang beriman:
“Nabi kami, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, tidak berpuasa di bulan lain kecuali bulan Sya’ban, bahkan dia berpuasa banyak hari di bulan Sya’ban.
Para ulama berbeda pendapat tentang kedua hadits di atas. Di antara mereka adalah orang-orang yang melemahkan hadits tentang kebolehan berpuasa pada paruh terakhir bulan Sya’ban.
Selamat Bulan Sya’ban 1440 H
Ada yang mengatakan bahwa larangan hadits dicabut ketika Abu Hurairah, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian. 6
Ulama lain telah mencoba untuk mendamaikan dua hadits yang tampaknya bertentangan ini, yaitu bahwa larangan puasa di paruh kedua Sya’ban adalah bagi mereka yang memasuki keadaan tidak pernah berpuasa di tengah bulan Sya’ban. juga tidak terlihat. Pertama-tama.7
Atau dengan kata lain, larangan ini adalah larangan memulai puasa sunnah pada paruh terakhir bulan Sya’ban. Adapun melanjutkan puasa yang dia mulai hingga paruh kedua bulan Sya’ban, tidak ada bedanya.
Apa Benar Setelah 15 Sya’ban Tidak Boleh Puasa
Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan di atas, tentunya lebih tepat dan fair untuk mencoba menggabungkan kedua hadits tersebut, karena diketahui dari tafsir para ulama bahwa kedua hadits tersebut adalah hadits shahih. Oleh karena itu, lebih baik dan lebih penting untuk mempraktikkan keduanya daripada melepaskan salah satunya. 9
Adapun pernyataan bahwa salah satu dari dua hadits dibatalkan, harus dikaitkan dengan waktu ketika pertama kali diriwayatkan oleh Nabi (sallallahu alayhi wa sallam) dan bukan hanya pekerjaan para sahabat.
Penjajaran kedua hadits ini dijelaskan oleh ulama fatwa, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah, ketika dia menjawab pertanyaan terkait hal ini:
Bolehkah Berpuasa Sebulan Penuh Di Bulan Rajab Atau Sya’ban?
“Bahkan, menurut hadits yang diriwayatkan oleh Aisha dan Ummu Salama (semoga Tuhan meridhoi dia), Nabi, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, berpuasa hampir sepanjang bulan Sya’ban. Tapi dia bisa dipercaya. Di dalam hadits disebutkan bahwa dilarang berpuasa pada paruh kedua bulan Sya’ban, maka larangan ini bagi mereka yang memulai puasa sunnahnya pada paruh kedua bulan Sya’ban, seperti orang yang berpuasa hampir sepanjang hari atau sebagian besar hari. Jika mereka berpuasa, itu sesuai dengan sunnah.” 10